Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Angin Kencang Merusak 44 Rumah Warga Desa Jetis, Mojokerto

Dilihat 107 kali
Angin Kencang Merusak 44 Rumah Warga Desa Jetis, Mojokerto

Foto : Salah satu bangunan yang terdampakakibat angin puting beliung di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah, (BPBD Kabupaten Blora)


JAKARTA – Angin kencang menerjang beberapa wilayah di Provinsi Jawa Tengah pada Senin (25/10). Fenomena ini terjadi di wilayah Kabupaten Blora dan Kota Semarang. BPBD setempat menginformasikan insiden tersebut tidak menyebabkan korban jiwa, hanya satu warga luka ringan di Blora.

Peristiwa angin kencang di Kabupaten Blora terjadi bersamaan saat hujan dengan intensitas tinggi berlangsung pada pukul 14.30 WIB. Wilayah terdampak di Kecamatan Jepon, tepatnya Desa Seso dan Kelurahan Jepon. Data BPBD pada Senin malam (25/10) mencatat rumah rusak berat 1 unit, rusak sedang 1 dan rusak ringan 1. Selain kerusakan di sektor pemukiman, kejadian tersebut merobohkan 1 unit tower pemancar komunikasi serta merusakkan kantor milik BPBD setempat dengan kategori rusak ringan. 

Merespons situasi ini, BPBD telah berkoordinasi dengan pihak kecamatan dan desa untuk pendataan lebih lanjut. 

Sementara itu, kejadian serupa menerjang tiga kecamatan yang tersebar di Kota Semarang, Jawa Tengah. Angin kencang dirasakan warga di wilayah Kelurahan Ponganan (Kecamatan Gunungpati), Kalipuncur (Ngaliyan) dan Ngemplak Simongan (Semarang Barat). 

Peristiwa yang terjadi senin petang (25/10), pukul 18.00 WIB, berdampak pada 4 unit rumah warga, sedangkan keluarga terdampak berjumlah 5 KK atau 16 jiwa. BPBD masih melakukan pendataan di lapangan terkait detail dampak paska angin kencang tersebut. 


Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem Dampak Fenomena Siklon

Intensitas kejadian angin kencang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, khususnya saat memasuki musim hujan. Peristiwa ini berdampak pada warga yang terluka maupun kerusakan bangunan maupun tumbangnya pepohonan dan infrastruktur. Menyikapi hal tersebut pemerintah daerah dan masyarakat untuk selalu waspada dan siap siaga terhadap potensi bahaya angin kencang.

Pada Senin lalu (25/10), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan adanya dua bibit siklon tropis yang tumbuh di belahan bumi utara Indonesia. Kedua bibit tersebut yaitu siklon tropis 98W, yang tumbuh di Samudra Pasifik sebelah timur Filipina, dan 99W, yang tumbuh di Laut China Selatan.

Pantauan BMKG, dampak tidak langsung dari bibit siklon 98W yaitu gelombang laut dengan ketinggian 1,25- 2,5 meter yang dapat terjadi di Samudra Pasifik timur Filipina. Sedangkan dampak tidak langsung 99W yaitu kondisi cuaca di Indonesia.

Potensi kondisi cuaca yang dapat terjadi yaitu hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, gelombang laut dengan ketinggian 1,25 – 2,5 meter serta 2,5 meter hingga 4,0 meter. 

Wilayah yang dapat berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat berada di wilayah Kalimantan Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. 

BMKG juga menginformasikan bahwa selain dampak tidak langsung dari kedua bibit siklon tersebut, cuaca di beberapa wilayah Indonesia juga dipengaruhi fenomena oleh gelombang Rossby dan gelombang Kelvin yang terpantau aktif di beberapa wilayah Indonesia, serta fenomena alam lain yang berdampak pada cuaca. 

Beberapa wilayah yang berpotensi hujan sedang hingga lebat dan dapat disertai kilat atau petir serta angin kencang pada 25 – 30 Oktober 2021, sebagai berikut. 

Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.

Masyarakat dapat memantau potensi risiko maupun bahaya cuaca ekstrem di aplikasi inaRISK serta prakiraan cuaca di situs BMKG. Selain waspada terhadap potensi bahaya angin kencang, pemerintah daerah dan masyarakat diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bahaya hidrometeorologi basah lain, seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor. 



Abdul Muhari, Ph.D. 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis


BAGIKAN