Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Antusias Warga Tlogolele Ikuti Simulasi Evakuasi Mandiri HKB 2022

Dilihat 75 kali
Antusias Warga Tlogolele Ikuti Simulasi Evakuasi Mandiri HKB 2022

Foto : Warga dibantu Tim Siaga Desa (TSD) Tlogolele mengevakuasi hewan ternak di Desa Stabelan, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin (26/4). (Komunikasi Kebencanaan BNPB/Danung Arifin)



BOYOLALI - Status ‘Awas' Gunung Merapi telah ditetapkan pada tanggal 26 April 2022 pukul 10.00 WIB. Dusun-dusun yang masuk dalam daerah potensi bahaya untuk melakukan prosedur evakuasi.

Sebuah pesan pendek dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) berisi peringatan dini status ‘Awas’ Gunung Merapi masuk ke ponsel Wahyudi. Saat itu juga, sirine bencana terdengar memecah keheningan Dusun Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali.

Wahyudi mengerutkan kening. Seketika itu dia keluar rumah dan memeriksa arah puncak Gunung Merapi. Benar saja. Awan panas guguran dan abu vulkanik berwarna kelabu terlihat membumbung ke angkasa diikuti suara gemuruh yang menggelora.

Wahyudi kembali masuk ke rumah. Dia meminta anak istrinya segera mengevakuasi diri. Wahyudi kemudian menuju ke kandang sapi miliknya di belakang rumah. Tak lama kemudian bantuan datang. Sebuah mobil bak terbuka tiba di depan rumah bersama Tim Siaga Desa (TSD) Tlogolele. Dua petugas turun kemudian bergegas menuju ke kandang ternak milik Wahyudi untuk membantu evakuasi dua ekor sapi.

Tak jauh dari rumah Wahyudi, peringatan dini bencana Gunung Api juga didengar Windarsih. Wanita 26 tahun itu mendengar suara kentongan yang dipukul-pukul oleh para tetangga dan tim TSD Tlogolele saat mengasuh anaknya di teras rumah.

“Kumpul…! kumpul…!” Ayo kumpul ke sumber suara!” ucap tim TSD Tlogolele

Tak berpikir panjang, Windarsih menggendong anaknya yang masih balita dan bergegas menuju ke arah sumber suara. Di sana sebuah mobil ambulance berwarna putih milik PMI telah disiagakan. Windarsih bersama kelompok rentan lain kemudian dipandu untuk menuju ke mobil ambulance dan dibawa menuju Tempat Penampungan Pengungsi Sementara (TPPS) Tlogolele yang berjarak kurang lebih 7 kilometer dari Dusun Stabelan.

Usai kelompok rentan dan hewan ternak dievakuasi, warga Dusun Stabelan yang lainnya turut menyelamatkan diri dari ancaman potensi bencana Gunung Api. Warga yang mayoritas bekerja sebagai petani sayur dan buah itu kemudian melakukan evakuasi mandiri secara tertib dan dipandu oleh TSD Tlogolele bersama lintas instansi terkait.


Simulasi HKB 2022 Tlogolele

Gambaran situasi dan narasi di atas merupakan simulasi evakuasi mandiri para warga Desa Tlogolele yang dilakukan pada puncak acara Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) tahun 2022 pada hari Senin (26/4). Ada sebanyak 200 orang dan 30 hewan ternak yang turut serta dalam latihan evakuasi mandiri yang diinisiasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, PMI, TNI, Polri, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa Tlogolele, yang didukung oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dunia usaha serta para relawan.

Wahyudi dan Windarsih, dua warga Dusun Stabelan sangat antusias mengikuti simulasi evakuasi ini. Mereka berharap melalui kegiatan tersebut maka kapasitas dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana dapat ditingkatkan lagi, baik untuk diri sendiri maupun orang-orang terdekat.

“Saya berharap melalui kegiatan ini dapat menyelamatkan diri dan keluarga. Kalau ada tanda peringatan dari pemerintah maka sudah tahu harus berbuat seperti apa,” ungkap Wahyudi.

“Semoga kita semua terhindar dari bencana. Kita bisa selamat semua,” ungkap Windarsih.

Desa Tlogolele khususnya Dusun Stabelan merupakan wilayah terdekat dengan puncak merapi. Jika ditarik garis lurus, jarak antara dusun yang berada di ketinggian 1.555 mdpl itu hanya 3 kilometer saja dari puncak. Menurut rekomendasi BPPTKG, wilayah Desa Tlogolele masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, oleh sebab itu simulasi evakuasi mandiri dari potensi ancaman bencana Gunung Merapi mutlak dilakukan.

Dalam simulasi itu, ada tiga hal yang menjadi prioritas dan harus diutamakan. Pertama adalah kelompok rentan yang meliputi ibu hamil, anak-anak, lansia dan disabilitas. Selanjutnya hewan ternak juga menjadi prioritas yang utama disusul oleh masyarakat pada umumnya.

Setibanya di TPPS Desa Tlogolele, hewan ternak ditambatkan ke tempat yang telah disediakan kemudian didata oleh tim TSD Tlogolele agar tidak tertukar kepemilikannya. Selanjutnya untuk warga kelompok rentan diarahkan memasuki posko pengungsian dan didata lebih lanjut. Apabila terdapat warga yang memiliki keluhan penyakit atau kurang sehat, tim dari PMI setempat akan memberikan pelayananan kesehatan.

Desa Tlogolele menjadi salah satu desa yang telah memiliki perangkat dan sistem penanganan bencana terstruktur serta terencana dengan baik, khususnya untuk mengantisipasi potensi ancaman bencana gunungapi Merapi. Sejak tahun 2006, Desa Tlogolele telah membentuk Tim Siaga Desa (TDS) khusus untuk penanganan bencana Gunung Merapi. Hingga hari ini sudah ada 60 personel aktif TSD yang terdiri dari 45 masyarakat umum, 10 personel dari perangkat desa setempat dan 5 dari BPD Tlogolele.

Setiap tahun sekali dan dalam beberapa kesempatan tertentu, tim TSD Tlogolele rutin melaksanakan simulasi evakuasi mandiri bersama warga Tlogolele yang didampingi oleh BPBD Provinsi Jawa Tengah, BPBD Kabupaten Boyolali dan lembaga terkait lainnya.


HKB 2022 Menjadi Ikhtiar Membangun Masyarakat Tangguh Bencana

Puncak peringatan HKB 2022 dilaksanakan Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Dalam rangakaian puncak acara tersebut, ada empat desa yang mengikuti simulasi evakuasi mandiri meliputi Desa Tlogolele dan Desa Klakah di Kabupaten Boyolali, Desa Balerante di Kabupaten Klaten, Desa Kemiren di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah serta Desa Glagaharjo di Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta. 

Melalui kegiatan simulasi evakuasi mandiri tersebut, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto S.Sos., M.M., mengungkapkan bahwa hal itu menjadi salah satu ikhtiar bangsa dalam membangun ketangguhan bangsa dan peradaban yang berbasis pada pengurangan risiko bencana. Menurut Suharyanto, hal itu harus ditumbuhkan sejak dini dari masyarakat dan peran kolaborasi dari seluruh komponen.

“Ini merupakan ikhtiar kita dalam membangun bangsa. Membangun peradaban berbasis pengurangan risiko bencana. Pembangunan karakter budaya sadar bencana yang terikat kuat sejak dini perlu kita tumbuhkan,” ungkap Suharyanto dalam sambutan pada puncak acara HKB 2022 di Balerante, Klaten, Senin (26/4).

Kesukesan dalam pelaksanaan rangkaian HKB 2022 ini tentunya tak lepas dari keterlibatan seluruh komponen, mulai dari pemerintah, masyarakat, dunia usaha, komunitas dan media massa. Suharyanto melihat keterlibatan seluruh komponen dalam peringatan puncak HKB 2022 itu sekaligus menjadi spirit jiwa persatuan dan penggugah rasa kemanusiaan demi tercapainya gerakan pengurangan risiko bencana. Oleh sebab itu, melalui momentum HKB 2022, Suharyanto tidak ingin menjadi ajang seremonial belaka, namun harus menjadi tonggak semangat untuk bersatu dan berkolaborasi dalam membangun Indonesia yang tangguh bencana.

"Momentum ini bisa menjadi pembangkit spirit jiwa korsa kerelawanan. Penggugah rasa kemanusiaan yang lebih humanis dan gerakan pengurangan risiko bencana yang lebih masif lagi,” kata Suharyanto.

"Kami mengajak kita semua untuk berkolaborasi bersama untuk membangun Indonesia Tangguh Bencana. Masyarakat Indonesia Tangguh Bencana!”, tandasnya.


Abdul Muhari, Ph.D. 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis


BAGIKAN