Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

BEDAH BUKU PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG API ROKATENDA

Dilihat 407 kali
BEDAH BUKU PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG API ROKATENDA

Foto : BEDAH BUKU PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG API ROKATENDA ()

Rangkaian kegiatan peringatan bulan pengurangan risiko bencana di Mataram,7-11 Oktober 2013. Salah satunya adalah kegiatan bedah buku yang dilaksanakan di Universitas Mataram. 

Kepala BNPB,DR.Syamsul .Maarif,M.Si mengulas buku pembelajaran penanggulangan bencana Gunung Api Rokatenda yang ditulisnya bersama 2 penulis lain,yakni Hendro Wardhono.dan Sigit Purwanto.

Implementasi kebijakan penanggulangan bencana dalam kerangka otonomi daerah,analisis dan evaluasi kegiatan penanganan darurat bencana erupsi Gunung Rokatenda (Kabupaten Sikka,Provinsi Nusa Tenggara Timur) menjadi pokok bahasan. "Aspek sumber daya yaitu 3P, antara lain Personil, Pembiayaan, Peralatan dan Perlengkapan"ucap hendro. 


Menyinggung banyaknya warga yang tidak mau untuk dievakuasi, ada sebagian warga yang berada di zona merah yang masih bertahan dan belum bersedia pindah ke lokasi pengungsian. Sosialisasi relokasi pengungsi harus segera dilaksanakan dengan memperrtimbangkan assessment yang dilakukan baik oleh Pemkab SIkka maupun oleh LSM dalam melakukan sosialisasi, yang perlu mempertimbangkan tiga hal yaitu : [1] Kemudahan akses penghidupan/pencaharian, [2} pengembangan wilayah/tempat relokasi dan [3] terkait dengan status tanah. "Jangan kami dipindahkan di tempat yang tidak bisa memberi penghidupan" ucap Hendro meniru permintaan warga Rokatenda yang diungsikan. 


DR. Syamsul Maarif,M.Si menjelaskan pentingnya hidup harmonis dengan bencana dapat mengurangi korban jiwa, distribusi kekuasaan dalam memberikan kebijakan publik juga perlu diperhatikan dari sisi kearifan lokal. "Aspek sosiologis yang perlu dillakukan adalah pendekatan kepada pimpinan tertinggi dalam kelompok sosial tersebut. Seperti halnya di Sikka, Musalaki merupakan pimpinan tertinggi di daerah tersebut, jadi jika ingin melakukan perubahan paradigma tentang kerentanan bencana, pimpinan tertinggi tersebut yang dipengaruhi sehingga warga dan orang di sekitarnya pasti akan berubah dan mengikuti apa kata pimpinan mereka" ucapnya.

Penulis


BAGIKAN