Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

BNPB Sosialisasikan IDRIP Kesiapsiagaan dan Resiliensi Masyarakat

Dilihat 167 kali
BNPB Sosialisasikan IDRIP Kesiapsiagaan dan Resiliensi Masyarakat

Foto : Sekretaris Utama BNPB Dr. Lilik Kurniawan membuka sosialisasi IDRIP di hadapan perwakilan BPBD tingkat provinsi, kabupaten dan kota terpilih, yang berlangsung di Kota Yogyakarta, D.I. Yogyakarta, pada Jumat malam (16/12). (Theophilus Yanuarto)

YOGYAKARTA – BNPB menyosialisasikan Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project atau IDRIP di hadapan perwakilan sejumlah pemerintah daerah di tingkat provinsi, kabupaten dan kota. Kegiatan tersebut akan berlangsung selama tiga hari, 16 – 18 Desember 2022, di Yogyakarta dan Pacitan.

 

Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dr. Lilik Kurniawan mengatakan, sosialisasi IDRIP ini bertujuan untuk memberikan penjelasan dan pendampingan kepada pemerintah daerah. Ini menjadi bekal untuk menyusun program kesiapsiagaan daerah dan memperkuat resiliensi masyarakat, khususnya dalam menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami.

 

“Saya berharap dalam sosialisasi ini kita memiliki pemahaman yang sama dan ada yang kita siapkan dalam penyusunan program kesiapsiagaan,” lanjut Lilik dalam pembukaan sosisalisasi IDRIP di Yogyakarta, Jumat (16/12).

 

Lilik juga berpesan setelah kegiatan sosialisasi ini, para peserta perwakilan dari pemerintah daerah terpilih di tingkat provinsi, kabupaten dan kota dapat menyiapkan dan melaksanakan program yang akan disusun di masing-masing daerah. 

 

Pada kesempatan itu, Sekretaris Utama BNPB menjelaskan tiga komponen utama IDRIP dalam konteks kesiapsiagaan gempa bumi dan tsunami. Komponen pertama, yaitu peningkatan tata kelola risiko bencana dan kesiapsiagaan terhadap bencana. Selanjutnya, perluasan jaringan, penguatan sistem monitoring dan pengingkatan kualitas layanan informasi terkait ancaman geofisika. Ini merupakan komponen kedua, ujar Sekretaris Utama BNPB.

 

“Komponen ketiga, yaitu dukungan pelaksanaan proyek,” tambah Lilik.

 

Sementara itu, IDRIP pada konteks kesiapsiagaan dan resiliensi dalam menghadapi gempa bumi dan tsunami menekan pada elemen peringatan dini. Lilik mengelaborasikan dengan empat kuadran. Kuadran pada bagian hulu yaitu pemahaman risiko bencana. Kemudian pada kuadran dua yaitu berbasis pada pemantauan dan analisis data, yang diikuti kuadran tiga yaitu diseminasi informasi.

 

“Kuadran empat yaitu penguatan respons masyarakat,” imbuhnya.

 

Terkait dengan kuadran ini, BNPB akan mengajak para peserta untuk belajar dari kepala desa yang wilayanya telah memenuhi kategori sebagai desa tangguh bencana. Kunjungan ke Desa Sidomulyo yang berada di Pacitan, Provinsi Jawa Timur, tersebut akan berlangsung pada hari Minggu (18/12).

 

Proyek ini menarget pada 17 provinsi, 30 kabupaten maupun kota dan 180 desa atau kelurahan. Sedangkan kegiatan dalam IDRIP pada konteks gempa bumi dan tsunami, ini akan diimplementasikan oleh BNPB dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

 

Hadir pada sosialisasi IDRIP antara lain perwakilan dari Bappenas, BMKG, serta BPBD dan pemerintah daerah yang menjadi target penerima manfaat.

 

IDRIP yang akan berakhir pada 2024 bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, khususnya gempa bumi dan tsunami. Kesiapsiagaan ini tidak hanya diperkuat di tingkat pusat tetapi juga pemerintah daerah terpilih. Di samping itu, proyek ini akan memperkuat kapasitas sehingga resiliensi berkelanjutan di tengah masyarakat dapat terwujud.

 

 

Abdul Muhari, Ph.D.

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis


BAGIKAN