Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Kepala BNPB Berikan Kuliah Umum Kepada Praja Utama IPDN

Dilihat 116 kali
Kepala BNPB Berikan Kuliah Umum Kepada Praja Utama IPDN

Foto : Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto S.Sos., M.M., (kiri) saat memberikan kuliah umum dengan tema “Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Bencana Nasional” pada Selasa (1/11) di Balairung Jenderal Rudini IPDN Kampus Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. (Komunikasi Kebencanaan BNPB/Rusnadi Suyatman Putra)



SUMEDANG - Sebanyak 3.622 praja utama Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) mengikuti kuliah umum dengan tema “Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Bencana Nasional” pada Selasa (1/11) di Balairung Jenderal Rudini IPDN Kampus Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. 

Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto dalam paparannya mengatakan bahwa, Indonesia kerap dianologikan sebagai supermarket bencana, segala bencana ada di Indonesia. Bencana yang paling tinggi frekuensi kejadiannya adalah hidrometeorologi basah. Menurut World Bank, Indonesia adalah satu dari 35 negara dengan tingkat potensi risiko bencana paling tinggi di dunia. Pencegahan bencana merupakan hal sangat penting seperti dikatakan Presiden Joko Widodo bahwa pencegahan bencana adalah adalah upaya utama, namun bukan berarti aspek yang lain dalam manajemen bencana tidak kita perhatikan. Tapi juga jangan sampai kita hanya bersifat reaktif saat bencana terjadi.

“Sejarah Pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Tahun 2008, saat itu terjadi gempa berturut-turut gempa di Aceh dan Padang, namun tidak ada badan yang langsung mengkoordinir penanggulangan bencana tersebut. Maka dibentuklah BNPB langsung di bawah Presiden, sesuai amanat UU no 24/2007, ditingkat pusat BNPB dibawah presiden, sedangkan di daerah dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Untuk BPBD Provinsi dibawah gubernur, BPBD Kabupaten dibawah Bupati dan BPBD Kota dibawah walikota. Penanganan bencana yang relatif kecil dapat di tangani oleh BPBD, bila eskalasinya besar maka dapat ditarik ke BNPB. Fungsi BNPB mendampingi dan membantu dari peralatan, anggaran, perbantuan personil BPBD dalam penanggulangan bencana” paparnya.

Selain itu Suharyanto menjelaskan pentingnya mitigasi berbasis vegetasi, penanaman vegetasi (pohon keras) sebagai mitigasi jangka panjang penanggulangan Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Ssbagai contoh, pohon Laban dan Mimba memiliki daya tahan yang kuat meskipun terbakar api sehingga menghambat api meluas saat terjadi Karhutla. Tanaman Vetiver sebagai mitigasi Banjir dan longsor, akarnya kuat dan bisa tumbuh hingga 6 m dapat memitigasi longsor dan banjir terutama di lereng dengan kemringan >30 derajat.

Kemudian Suharyanto mengingatkan terkait bencana non alam, Pandemi covid-19 memang sudah mulai mereda, namun adanya varian baru dari Pandemi covid-19 perlu diwaspadai. Untuk menghindari penularan lawan covid dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus menjadi budaya dan kebiasaan. Satgas Nasional Covid-19 bersama media akan terus mendorong sosialisasi PHBS kepada masyarakat.


Abdul Muhari, Ph.D. 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB 

Penulis


BAGIKAN