Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

KOLABORASI DAN KEMITRAAN DALAM RESPON BENCANA ANTAR NEGARA

Dilihat 452 kali
KOLABORASI DAN KEMITRAAN DALAM RESPON BENCANA ANTAR NEGARA

Foto : KOLABORASI DAN KEMITRAAN DALAM RESPON BENCANA ANTAR NEGARA ()

Meningkatnya bencana dan dampak masif yang ditimbulkannya di kawasan Asia Pasifik, membuat banyak negara kian menyadari pentingnya meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Dengan masyarakat dan pemerintah yang lebih siap, jumlah korban dan kerugian akibat bencana diharapkan dapat ditekan sekecil mungkin. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif mengatakan dalam rangka peningkatan kesiapan tersebut, Indonesia menggelar International Table Top Exercise (TTX) Mentawai Megathrust pada 22-25 April 2013 di Padang, Sumatera Barat. Pelatihan peningkatan kapasitas dan kesiapan penanggulangan bencana ini diberi tema “Memperkuat Kolaborasi dan Kemitraan dalam Respons Bencana untuk Membangun Kawasan yang Tangguh.” Indonesia memilih Sumatera Barat sebagai lokasi TTX sebab daerah ini merupakan salah satu yang rawan bencana, terutama gempa bumi dan tsunami, sebagaimana tampak dari peristiwa gempa besar di masa lalu. Pemilihan Sumatera Barat juga menjadi relevan mengingat adanya prediksi ilmiah yang menyatakan provinsi ini berpotensi mengalami gempa bumi berkekuatan hingga 8.9 skala Richter di masa mendatang. Jika perkiraan itu benar-benar terjadi, gempa dapat menimbulkan tsunami di pesisir Sumatera Barat dan kepulauan Mentawai. Sesuai dengan arahan Presiden Republik Indonesia kepada Kepala BNPB pada saat KTT Asia Timur di Bali pada bulan November 2011 untuk menyelenggarakan latihan bersama penanggulangan bencana dengan melibatkan negara-negara yang tergabung dalam East Asia Summit. Oleh karena itu, BNPB menyelenggarakan satu rangkaian latihan Mentawai Megatrust DiREX untuk bersama-sama dengan mitra international melakukan latihan bersama mulai dari TTX 2013, dilanjutkan dengan latihan Common Post Exercise (CPX) / Field Training Exercise (FTX) pada bulan Maret 2014. Latihan bersama tersebut diharapkan dapat mengurangi ketegangan antar negara di kawasan Laut China Selatan dan Asia. Rencana penempatan militer Amerika di Australia telah menimbulkan kecurigaan berbagai negara sehingga Indonesia menginisiasi dengan melakukan latihan penanggulangan bencana antar negara secara bersama. Dengan demikian penanggulangan bencana menjadi soft diplomacy untuk mengurangi ketegangan di kawasan Asia. Menurut Syamsul, peserta yang hadir dalam kegiatan ini sejumlah 251 orang terdiri dari ASEAN + EAS sejumlah 13 negara meliputi Australia, Brunei Darussalam, China, Cambodia, India, Jepang, Malaysia, Myanmar, New Zealand, Singapura, USA, termasuk Indonesia, Non EAS sejumlah 11 negara meliputi Canada, Finland, Germany, Ireland, Luxembourg, Netherland, Norway, Poland, Sweden, Switzerland, UK, dan 17 Lembaga International meliputi IFRC, AHA Center, UN OCHA, WFP, WHO, UNICEF, UNFA, UNDP, UNHCR, World Bank, ECHO, Buildchange, AIFDR, Songkla University Thailand, Global Disaster Response, Oxfam, Mercy Corps, JICA, DHL. Selain itu dihadiri oleh peserta nasional dan daerah. TTX secara garis besar berisi dua bagian besar, yaitu sesi akademik pada tanggal 22-23 April 2013, serta sesi latihan bersama dalam ruang pada tanggal 23-25 April 2013. Topik pada sesi akademik antara lain meliputi sistem peringatan dini tsunami, manajemen kedaruratan dan mekanisme kerjasama internasional saat bencana, mekanisme penggunaan aset-aset militer dalam masa tanggap darurat, peran masyarakat internasional, serta sesi berbagi pengalaman oleh pemerintah Jepang dari momen gempa besar di timur Jepang pada tahun 2011. Sementara itu, sesi latihan bersama akan menjadi inti dari TTX. Para peserta yang merupakan pemangku kepentingan di tingkat domestik dan regional akan berlatih bersama menghadapi sejumlah skenario kejadian bencana besar. Skenario ini sengaja disusun untuk mengetahui tingkat kesiapan serta mencari solusi terhadap kemungkinan kebuntuan saat tanggap darurat. Latihan dengan skenario ini diharapkan bisa memberi gambaran kepada para pemangku kepentingan mengenai situasi yang mungkin dihadapi dalam bencana. Ada sejumlah sasaran yang hendak dicapai melalui latihan ini. Pertama, terwujudnya sinergitas sumber daya kementerian, instansi, lembaga, organisasi dalam satu sistem komando tanggap darurat bencana alam pada skala besar. Kedua, tercapainya penguatan mekanisme komando, kendali, komunikasi, dan koordinasi dalam konteks sipil militer. Ketiga, tercapainya penguatan mekanisme penanggulangan bencana alam yang melibatkan pelaku multi nasional, baik dari komponen pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat. Keempat, terhimpunnya masukan untuk mekanisme bantuan internasional bagi Indonesia maupun dokumen regional lainnya yang relevan—dengan mengacu kepada hasil latihan regional yang telah dilaksanakan. Kelima, terwujudnya ketahanan regional terhadap bencana alam. Tahun ini hingga 2014 Indonesia masih akan menggelar kegiatan peningkatan kesiapsiagaan berupa Command Post Exercise (CPX), Field Training Exercise (FTX), dan Humanitarian Civic Action (HCA). Pada Maret 2014 akan diselenggarakan FTX yang diikuti oleh 18 negara dengan mengerahkan berbagai alutsista seperti kapal perang, pesawat terbang, helicopter, berbagai asset militer, personil sipil-militer dan lainnya. Lokasinya adalah di Kep. Mentawai. Semua peraturan dan prosedur penanggulangan bencana, yang melibatkan kehadiran dan bantuan internasional diujicobakan. Koordinasi sipil dan militer dalam bantuan kemanusiaan dilakukan dalam latihan tersebut. Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Informasi
Penulis


BAGIKAN