Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Kunjungi Destana Purwobinangun, Kepala BNPB : Masyarakat Jadi Garda Terdepan PB

Dilihat 107 kali
Kunjungi Destana Purwobinangun, Kepala BNPB : Masyarakat Jadi Garda Terdepan PB

Foto : Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, S.Sos., M.M (tengah) dalam kegiatan Peninjauan Desa Tangguh Bencana di Bukit Turgo, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (22/6). (Komunikasi Kebencanaan / Ranti Kartikaningrum)

SLEMAN - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus melakukan upaya guna mewujudkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana dengan memberikan perhatian serius atas upaya peningkatan kapasitas bagi masyarakat desa/kelurahan yang berada di wilayah rawan bencana.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, S.Sos., M.M., mengatakan untuk membangun kesiapsiagaan harus dimulai dari peningkatan kapasitas masyarakat.

“Masyarakat adalah garda terdepan dalam penanggulangan bencana. Upaya membangun kesiapsiagaan masyarakat harus dilakukan secara simultan dimana fokusnya adalah pembangunan manusia,” ujar Suharyanto dalam sambutannya pada giat Kunjungan Kerja Kepala BNPB meninjau Destana di Bukit Turgo, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (22/6).

BNPB menetapkan konsep Desa Tangguh Bencana (Destana) untuk menunjukkan bahwa masyarakat turut berperan aktif dalam proses pengurangan risiko bencana. 

“Masyarakat tidak hanya sebagai objek melainkan subjek dalam penanggulangan bencana,” tambahnya.

Menurut Suharyanto, peran masyarakat yang dibentuk melalui Destana sangat penting dan strategis, khususnya dalam menyebarkan informasi maupun edukasi bencana sehingga dapat memperkuat kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana.

Surhayanto turut mengapresiasi pengembangan destana Purwobinangun yang dinilai sudah memiliki aspek yang sangat lengkap.

“Aspek yang harus ada sudah lengkap, ada peta risiko bencana, sistem peringatan dini, terdapat jalur evakuasi dan tempat pengungsi, rencana evakuasi bagi disabilitas, kaum rentan dan peternakan warga sekitar, bahkan sudah memiliki rencana kontijensi yang lengkap dan detail,” jelasnya.

“Pola pengembangan yang telah dilakukan oleh warga Purwobinangun dapat menjadi _role model_ bagi destana lainnya dengan menyesuaikan potensi bencana di wilayah masing-masing,” tambahnya.

Sampai pada Juni 2022, telah terbentuk 1.116 destana yang tersebar di seluruh Indonesia. BNPB memiliki target pengembangan destana sampai 5.000 desa. 

“Upaya kita akan terus berlanjut hingga ke seluruh daerah dengan rawan bencana sehingga diharapkan masyarakat semakin siap dan tangguh,” tutupnya.

Dalam mendukung pengembangan destana melalui Taman Nasional Merapi khususnya melalui mitigasi vegetasi, Suharyanto bersama Bupati Sleman Dra. Hj. Kustini Sri Purnomo dan jajaran melalukan penanaman pohon sarangan yang merupakan tanaman organik yang berasal dari lereng Merapi. 

Selain itu, BNPB turut memberikan bantuan berupa bantuan uang pembinaan senilai 15 juta rupiah, hand sanitizer 500 botol, masker 1.000 lembar dan sabun batang 144 buah dalam penguatan protokol kesehatan di Destana Purwobinangun.



*Mitigasi Bencana melalui Pemanfaatan Air Hujan*

Selain meninjau Destana Purwobinangun, Suharyanto mengunjungi komunitas Sekolah Air Hujan Banyu Bening dimana masyarakat setempat memanfaatkan air hujan untuk menunjang kebutuhan hidup dan mengantisipasi potensi bencana.

“Apabila terjadi bencana, yang paling sulit adalah kebutuhan pokok termasuk air. Upaya ini menjadi salah satu solusi dengan pemanfataan air hujan yang sebetulnya dapat langsung dikonsumsi tapi diolah kembali dengan teknologi sederhana sehingga dapat dirasakan manfaatnya lebih luas,” ungkap Suharyanto.

Suharyanto juga mengatakan bahwa pemanfaatan air hujan juga dapat memperkuat upaya pencegahan dalam menghadapi potensi bencana.

“Walaupun sudah memasuki pertengahan tahun dimana seharusnya sudah musim kemarau, namun masih sering terjadi hujan. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengurangi dampak di daerah rawan banjir dan sebagai cadangan kebutuhan bagi daerah rawan kekeringan,” tuturnya.

Sekolah Banyu Bening merupakan gerakan murni dari masyarakat. Untuk itu Suharyanto menegaskan bahwa BNPB mendukung dan meminta untuk tidak berhenti dalam mengedukasi serta menyebarkan manfaat baik serta air hujan dalam menopang kehidupan masyarakat.

“Jangan berhenti, jangan bosan, tetap bergerak maju untuk menyebarkan manfaat baik air hujan bagi kehidupan masyarakat,” tutupnya.

BNPB memberikan bantuan uang pembinaan senilai 15 juta rupiah, bantuan protokol kesehatan berupa hand sanitizer 500 botol dan masker 1.000 lembar serta paket bantuan sembako kepada masyarakat dalam komunitas Banyu Bening.

Kunjungan kerja Kepala BNPB turut dihadiri oleh Inspektur Utama BNPB Tetty Saragih, Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi, Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Fajar Setyawan, Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo, tenaga ahli dan koordinator pengendalian operasi Satuan Tugas Penanganan COVID-19. 



Abdul Muhari, Ph.D. 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis


BAGIKAN