LATIHAN TANGGAP DARURAT GEMPA 8,9 SR DIMULAI
23 Apr 2013 09:41 WIB
Dilihat 402 kali
Foto : LATIHAN TANGGAP DARURAT GEMPA 8,9 SR DIMULAI ()
Koordinator Teknis Latihan Kolonel CZI A. Faizal mengatakan latihan dibagi menjadi empat tahap, di mana seluruh proses diperkirakan berakhir pada Kamis, 25 April siang. Peserta akan mendiskusikan langkah-langkah respons bencana pada setiap tahap. Tahap pertama adalah respons enam jam setelah kejadian gempa dan tsunami. Tahap kedua adalah respons 24 jam setelah bencana. Tahap ketiga adalah respons 72 jam setelah kejadian. Adapun tahap keempat adalah periode lebih panjang, yang meliputi proses masuknya bantuan internasional.
"Skenario yang kita gunakan dalam latihan kali ini adalah kejadian gempa 8,9 skala Richter di Sumatra Barat, dengan episentrum 15 km sebelah barat daya Pulau Siberut pada kedalaman 12 km. Sekitar 10 menit setelah gempa, gelombang tsunami pertama setinggi 13,7 meter menghantam bibir pantai kepulauan Mentawai dan dalam 35 menit, tsunami setinggi 6,4 meter sampai ke pesisir Sumbar, termasuk Kota Padang," kata Faizal.
Latihan bersama ini diikuti sekitar 251 peserta dari berbagai instansi dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, selain Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), peserta latihan meliputi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), kementerian terkait, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, PT Pertamina, PT PLN, Badan Meteorologi dan Geofisika, serta perwakilan lainnya. Sementara itu, peserta dari luar negeri mencakup sejumlah lembaga donor internasional, seperti badan anggota Perserikatan Bangsa-bangsa, JICA, AIFDR, IFRC, AHA Center, World Bank, ECHO, Oxfam, Mercy Corps, DHL, Global Disaster Response, dan Songkla University Thailand.
Hasil dari latihan dalam TTX ini akan menjadi bahan untuk latihan gladi posko dan gladi lapangan di Mentawai yang direncanakan pada Maret 2014. International TTX Mentawai Megathrust diselenggarakan juga dalam rangka mengantisipasi kemungkinan gempa bumi di Sumatra Barat di masa mendatang, mengingat daerah ini termasuk rawan bencana sebagaimana terlihat dari peristiwa gempa bumi dan tsunami di masa lalu. Para ahli memprediksi masih terdapat potensi gempa bumi di sekitar wilayah ini dengan daya hingga 8,9 SR, yang jika benar-benar terjadi, dapat menimbulkan tsunami.
Saat pembukaan TTX pada Senin, 22 April, Kepala BNPB Syamsul Maarif mengatakan Pemerintah Indonesia ingin memastikan pihak terkait, termasuk masyarakat itu sendiri, sesiap mungkin menghadapi semua ancaman bahaya bencana. Itu sebabnya, kata dia, latihan seperti TTX di Padang, dianggap penting.
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan BNPB Wisnu Widjaja mengemukakan selain kesiapan dari pihak Indonesia sendiri, dalam menghadapi potensi ancaman bahaya bencana, diperlukan pula kerjasama yang erat dengan negara-negara di kawasan regional. Pasalnya, pengalaman selama ini menunjukkan bahwa respons terhadap bencana dahsyat agak sulit jika dilakukan secara sendiri oleh negara bersangkutan. "Kolaborasi dengan negara-negara sahabat sangat penting. Kami berharap melalui latihan bersama yang diikuti delegasi dari sejumlah negara di kawasan regional, kita bisa meningkatkan mekanisme kerjasama agar lebih efektif," tuturnya.
Peserta TTX datang dari sejumlah negara ASEAN, yakni Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, dan Myanmar. Selain itu, negara-negara di kawasan Asia Pasifik, meliputi Australia, China, India, Jepang, Selandia Baru, Amerika Serikat, Kanada, dan Finlandia. Di samping itu, Jerman, Irlandia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Polandia, Swedia, Swiss, dan United Kingdom.
Penulis