Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Rentetan Gempabumi Lumajang Tak Timbulkan Kerusakan Maupun Korban Jiwa, Warga Diimbau Tetap Waspada

Dilihat 67 kali
Rentetan Gempabumi Lumajang Tak Timbulkan Kerusakan Maupun Korban Jiwa, Warga Diimbau Tetap Waspada

Foto : Shake Map gempabumi dengan magnitudo (M) 5,4 yang terjadi di wilayah selatan Pulau Jawa bagian timur, Sabtu (9/7). (BMKG)



JAKARTA - Gempabumi tektonik dengan kekuatan magnitudo 5.4 terjadi di selatan Pulau Jawa bagian timur pada hari ini, Sabtu (9/7) pukul 03.17 WIB. Menurut hasil monitoring Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempabumi itu berpusat di 9.64 LS-112.91 BT pada kedalaman 10 kilometer.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang kepada Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten Lumajang sontak terbangun dan berhamburan ke luar rumah saat guncangan gempabumi yang berlangsung selama 2-3 detik itu.

Kurang dari tiga jam setelah gempabumi M 5.4 itu, BMKG mengeluarkan informasi gempabumi lagi pada pukul 05.50 WIB. Untuk kali kedua ini, gempabumi tercatat berkekuatan M 5.0 dan berpusat di 9.57 LS-113.93 pada kedalaman 10 kilometer. Tidak ada guncangan yang dirasakan oleh masyarakat untuk gempabumi susulan tersebut.

Pada pukul 09.53 WIB, seismograf BMKG kembali merekam adanya getaran gempabumi. Kali ketiga ini, gempabumi berkekuatan M 5.3 dan terdeteksi di titik 9.61 LS-112.91 BT pada kedalaman 42 kilometer. Menurut BPBD Kabupaten Lumajang, getaran gempabumi yang ketiga sempat dirasakan selama 1-2 detik, namun tidak menimbulkan kepanikan warga.

Hasil analisis sementara oleh BMKG, tiga rentetan kejadian gempabumi itu adalah jenis gempabumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik atau thurst fault.

Berdasarkan catatan BMKG per pukul 11.00 WIB, sudah ada 54 kali aktivitas gempabumi susulan atau aftershock dengan magnitudo terbesar yakni M 5.0. Dari keseluruhan kejadian fenomena gempabumi itu, BMKG memastikan bahwa gempabumi tidak berpotensi tsunami.

Hasil monitoring di lapangan oleh BPBD Kabupaten Lumajang dan BPBD Kabupaten Malang, yang menjadi teritori wilayah terdampak guncangan gempabumi menyatakan tidak ada kerusakan yang ditimbulkan. Laporan mengenai korban jiwa juga nihil.

Berdasarkan indeks kajian risiko gempabumi dari InaRisk BNPB, wilayah selatan Pulau Jawa memiliki tingkat risiko sedang hingga tinggi. Wilayah selatan Pulau Jawa juga telah diketahui dilalui lempeng Indo-Australia yang membentang dari ujung Pulau Sumatera bagian barat hingga perairan Maluku Tenggara, sebelum akhirnya bertemu dengan lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik.

Melihat dari kajian risiko tersebut, BNPB meminta agar pemangku kebijakan, masyarakat dan seluruh komponen di tiap-tiap daerah selalu meningkatkan kesiapsiagaan, kewaspadaan dan melakukan mitigasi bencana gempabumi serta tsunami, sehingga dampak dari kerusakan maupun korban jiwa dapat diminimalisir.

Di samping itu, BNPB berharap agar Desa Tangguh Bencana (Destana) Gempabumi dan Tsunami yang telah dibentuk sejak 2019 lalu di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa dapat terus menjadi pelopor ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Sebagai informasi, fenomena gempabumi memang tidak membunuh, namun beberapa peristiwa jatuhnya korban jiwa adalah dikarenakan terdampak reruntuhan bangunan saat terjadi guncangan gempabumi yang kuat. Untuk itu penguatan struktur bangunan terutama tiang rumah dan struktur atap perlu dilakukan secara bertahap, baik secara mandiri maupun didukung oleh dana desa.



Abdul Muhari, Ph.D. 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis


BAGIKAN