Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

SIMULASI EVAKUASI MANDIRI DI DESA CEMARE DAN DESA LABUHAN TERENG, KEC. LEMBAR, KAB. LOMBOK BARAT, PROV. NTB

Dilihat 362 kali
SIMULASI EVAKUASI MANDIRI DI DESA CEMARE DAN DESA LABUHAN TERENG, KEC. LEMBAR, KAB. LOMBOK BARAT, PROV. NTB

Foto : SIMULASI EVAKUASI MANDIRI DI DESA CEMARE DAN DESA LABUHAN TERENG, KEC. LEMBAR, KAB. LOMBOK BARAT, PROV. NTB ()

Tentunya kita tidak mengharapkan terjadinya bencana, namun bila bencana itu datang diharapkan kita telah memiliki kesiagaan dan dapat melakukan langkah-langkah cepat untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa dan harta benda. Dalam melakukan upaya penanggulangan bencana, evakuasi mandiri adalah sangat penting. Yang dimaksud dengan evakuasi mandiri adalah, warga yang tidak rentan atau sehat walafiat secara perorangan mampu berupaya menjangkau lokasi-lokasi pengungsian atau menuju kendaraan-kendaraan yang akan mengangkut warga ke tempat pengungsian. Berkait dengan kesiapan evakuasi mandiri itu, dilakukan sebuah kegiatan simulasi evakuasi mandiri di Desa Cemare pada tanggal 7 Oktober 2013 pukul 15.30 - 17.00 WITA dan Desa Labuhan Tereng pada tanggal 8 Oktober 2013 pukul 15.30 - 17.00 WITA, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat. Kegiatan ini akan diikuti oleh 200 orang dari kedua desa dan 50 orang tim pendukung. Desa Cemare adalah desa yang mempunyai bahaya banjir, sedangkan Desa Labuhan Tereng berpotensi besar banjir rob atau gelombang pasang dari laut. Simulasi evakuasi mandiri di Desa Cemare dan Desa Labuhan Tereng ini dilaksanakan sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam acara Puncak Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) pada tanggal 7 - 11 Oktober 2013 di Kota Mataram dan sekitarnya. Tema Peringatan Bulan PRB ini adalah tema "Pengurangan Risiko Bencana, Investasi untuk Ketangguhan Bangsa". Koordinator kegiatan Simulasi Evakuasi Mandiri Kepala Sub Seksi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Ridho Ahyana mengatakan, "Maksud simulasi evakuasi mandiri itu adalah pertama, melakukan ujicoba mekanisme dan sistem evakuasi mandiri yang sudah dibangun di masyarakat. Kedua, membangun sinergi potensi dan kapasitas multi pihak untuk pelaksanaan evakuasi mandiri masyarakat. Dan ketiga, mendorong keberlanjutan mekanisme dan sistem evakuasi mandiri di masyarakat. Sedangkan tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas masyarakat untuk melakukan evakuasi mandiri terhadap ancaman bencana melalui serangkaian kegiatan bersama masyarakat dan para pihak dalam rangka membangun ketangguhan masyarakat." Menurut Ridho Ahyana, materi latihan evakuasi mandiri meliputi konsepsi dan karakteristik bencana, kajian risiko bencana, pemetaan pelaku  dan daya dukung, sistem peringatan dini untuk masyarakat, rencana evakuasi (peta, jalur, titik evakuasi, dan peran para pelaku), peran tim relawan dalam evakuasi, SOP evakuasi mandiri di masyarakat, dan skenario simulasi. Dasar pemilihan lokasi kegiatan ini antara lain didasarkan pada desa yang telah mendapatkan program pengembangan Desa Tangguh Bencana dan sudah mendapatkan advokasi dari lembaga/LSM/NGO/KL. Sebagai pelaksana kegiatan ini antara lain Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (PBBD Prov NTB), Dinas Sosial Prov NTB melalui Kampung Siaga, Dinas Kesehatan Prov NTB melalu Siaga Bencana Kesehatan, Kelompok Siaga Bencana (KSB), Karang Taruna, remaja masjid, mahasiswa, Kepolisian/Polsek, dan masyarakat setempat dari kedua desa itu. Dalam kegiatan ini juga melibatkan narasumber, fasilitator dan pengamat yang berasal dari BNPB, BPBD, pakar kebencanaan, fasilitator Desa Tangguh Bencana, dan perguruan tinggi. Kepala Subdit Peran Serta Masyarakat BNPB mengatakan, "Sesuai dengan Deklarasi Yogyakarta bahwa penekanan pada evakuasi adalah pertolongan pada kelompok rentan, maka saat simulasi evakuasi mandiri akan ditampilan dan dilatihkan relawan desa memberikan pertolongan pada ibu-ibu yang sedang hamil dan menyusui atau dengan bayi, kelompok manula dan anak-anak, kelompok disabel dengan menggunakan kendaraan roda 3 dan tenda sederhana dari kain sarung." Enny Supartini merekomendasikan bahwa untuk proses evakuasi mandiri yang lebih baik di masa depan, dan upaya penanggulangan bencana pada umumnya maka hal-hal sebagai berikut perlu dilakukan: Pembinaan dari pemerintah provinsi dan kabupaten (BPBD) secara rutin untuk melakukan kegiatan evakuasi mandiri atau pengetahuan kebencanaan lainnnya sehingga masyarakat semakin sadar dan siap menghadapi ancaman bencana. Rambu-rambu evakuasi, jalur evakuasi dan tempat evakuasi masih kurang dan dalam pemasangannya untuk lebih melibatkan masyarakat sehingga akan meningkatkan rasa kepemilikan. Kelompok peduli bencana yang merupakan para relawan desa untuk lebih meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya dalam melakukan bantuan evakuasi kepada masyarakat, khususnya kepada kelompok rentan. Pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan desa/kelurahan tangguh bencana baik secara kualitas maupun kuantitas di wilayah ini baik melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan pelibatan dunia usaha maupun swadaya masyarakat serta mengintegrasikan kegiatan-kegiatan dari dinas/instansi dengan perspektif kebencanaan. --- dp ---

Penulis


BAGIKAN